Minggu, 23 Maret 2008

Bagaimana Masyarakat Mengambil Keputusan

Karena kegiatan perekonomian, baik itu dalam lingkup desa, kota, ataupun negara, merupakan kumpulan orang-orang yang saling berinteraksi, maka tidak salah jika kita ingin mempelajari ekonomi secara luas, diawali terlebih dahulu dengan mempelajari bagaimana setiap orang dalam masyarakat membuat keputusan.
1. Setiap orang menghadapi tradeoff
2. Biaya vs Manfaat
3. Orang Rasional Berpikir pada Batas-batas
4. Orang Tanggap terhadap Insentif

Setiap orang menghadapi tradeoff.
Yang menarik dari Mankiw ketika menjelaskan hal ini adalah diawali dengan menyebutkan pribahasa : there’s no such thing as free lunch. Dan memang itu benar. Tidak ada yang gratis di dalam kehidupan ini. Untuk mendapatkan sesuatu diinginkan, kita biasanya juga harus mengorbankan sesuatu. Itulah yang dimaksud dengan pertukaran (tradeoff). Dan yang perlu diingat adalah pengorbanan yang dimaksud tidak selalu identik dengan uang. Ketika ingin makan di kantin, tentu kita harus mengeluarkan uang. Ketika kita makan di kantin, maka kita mengorbankan waktu kita yang seharusnya bisa digunakan untuk belajar.
Dengan adanya tradeoff ini mengingatkan bahwa kita, setiap orang, tidak bisa memperoleh semua kebutuhan yang diinginkan. Ini menjadi penting karena kemudian menjadi dasar dari keputusan apa yang akan diambil yang menurut kita terbaik. Apakah kita akan belajar metamatika ATAU biologi? Kita tidak bisa belajar matematika DAN biologi disaat yang bersamaan.

Biaya vs Manfaat
Dengan menyadari bahwa setiap orang akan menghadapi tradeoff, maka tentunya harus diketahui kriteria apa yang menjadikan suatu pilihan lebih baik dibanding pilihan lainnya. Hal ini biasanya diukur dari perbandingan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat yang diinginkan. Dengan mengetahui biaya dan manfaat dari masing-masing pelajaran, baru kita memutuskan yang terbaik apakah kita akan belajar matematika atau biologi.
Yang kadang menjadi masalah adalah antara biaya dan manfaat tidak selalu terlihat jelas diawal dan memang sangat bersifat subjektif. Ini yang menyebabkan kadang seseorang merasa salah mengambil keputusan (yang baru disadari kemudian). Bagi mahasiswa biaya terbesar dari kuliah bukan dalam hal uang kuliah, tetapi waktu. Dengan berkuliah, berarti dia menghilangkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari bekerja. Dengan kuliah berarti dia tidak bekerja.
Dari sini maka dikenal istilah biaya kesempatan (opportunity cost), yaitu biaya yang harus dikorbankan untuk mendapatkan pilihan terbaik pertama dan tidak mengambil pilihan terbaik kedua.

Orang Rasional Berpikir pada Batas-batas
Terkadang bukan hal yang utama bagi seseorang ketika harus mengambil keputusan antara belajar atau tidak pada saat mendekati waktu ujian, karena jelas untuk menghadapi ujian seseorang harus belajar. Tetapi yang lebih penting adalah jika biasanya belajar selama 3 jam, maka apakah cukup bermanfaat menambah 1 jam lagi untuk belajar atau menggunakannya untuk beristirahat. Apakah cukup makan sebanyak satu piring saja dan selesai atau menambahnya dengan satu sendok lagi. Inilah yang dimaksud berpikir pada batas-batas. Bukan melihat biaya-manfaat makan, tetapi biaya atau manfaat menambah jumlah porsi makanan. Penambahannya (marginal) yang diperhatikan; apakah manfaat marjinal lebih besar dibanding biaya marjinalnya.

Orang tanggap terhadap insentif
Karena seseorang mengambil keputusan didasari dari perbandingang biaya dan manfaat, maka keputusan yang sebelumnya sudah diambil bisa berubah jika ada perubahan pada biaya dan manfaatnya. Ini berarti setiap orang juga tanggap terhadap insentif. Permasalahan insentif menjadi penting karena hal ini bisa mengubah perilaku setiap orang. Dengan mengelola insentif secara baik, maka pemerintah bisa mengatur perilaku warganya sesuai dengan keinginan.Tetapi perlu diperhatikan bahwa pengaruh adanya insentif tidak bisa langsung dirasakan atau dilihat.

Sumber bacaan: N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, 3th Edition.

0 komentar: